Senin, 18 Mei 2015

PKBM Kaliceret

PKBM Kaliceret







In/Siang itu anak-anak SD antusias untuk belajar di FLC Kaliceret setelah pulang sekolah. Namun karena kurangnya tenaga pengajar, akhirnya mereka harus belajar dengan kelas yang dicampur-campur. 1 siswa yang masih duduk di bangku SMP dan 1 siswa yang baru lulus SMP diberdayakan menjadi guru untuk membantu Ibu Anni, koordinator Jawa Tengah, untuk mengajar anak-anak di dusun Kaliceret.

Belum lagi teknik atau cara mengajar yang sangat terbatas yang Tangan Pengharapan lihat di lapangan. Setelah mereka mengajar anak-anak SD, lalu kedua guru yang masih belia ini mengajar anak-anak PAUD di sore harinya. Guru-guru di dusun Kaliceret ini mengajar tanpa jadwal belajar, buku pegangan. Seperti tanpa arah mau belajar apa. Target belajarnya apa, dan sebagainya. Mereka pun belum tahu membuat ‘lesson plan’ atau rencana pembelajaran. Malam harinya Tangan Pengharapan mulai dijadwalkan untuk mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak SMP. Sangat menyedihkan bagi Tangan Pengharapan bahwa di dusun Kaliceret anak-anak SMP di FLC Kaliceret ini tidak mempunyai guru untuk mengajar mereka.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh anak-anak ini untuk menimba ilmu dengan belajar bahasa Inggis. Anak-anak belajar dengan antusias. Teknik mengajar dengan metode ‘action-oriented approach’ membuat anak-anak bisa mempraktekkan apa yang baru mereka pelajari.

Sungguh kebutuhan akan guru sangat krusial di berbagai tempat terpencil di Indonesia. Pelatihan guru-guru lokal akan menjadi tantangan tersendiri bagi terciptanya kualitas belajar mengajar yang lebih baik di kemudian hari.

En/That afternoon, Elementary School children were enthusiastically learning at FLC in Kaliceret. Due to lack of teachers, they had to learn in mixed classes. One of the teachers is still sitting at Junior High School. Another one has recently graduated from Junior High School. They are all empowered as teachers to help Mrs. Anni, the coordinator of Central Java, to teach children in Kaliceret hamlet. 

Not to mention the teaching technique that Tangan Pengharapan saw in the field. It was still very limited. Having taught elementary school children then these two young teachers continued teaching early age children in the afternoon. Teachers in Kaliceret hamlet teach without learning schedules and handbooks. Without any clear direction of what things to learn, they seemed to have no learning targets, and so on. They also do not know how to design lesson plans. The night following, Tangan Pengharapan was scheduled to teach English to Junior High School children. It is sad to Tangan Pengharapan that in Kaliceret hamlet, Junior High School children in FLC Kaliceret do not have teacher to educate them.

This opportunity was not wasted by these children to get knowledge by learning English. Children learned with enthusiasm. Teaching techniques taught using “action-oriented” approach made them able to practice what they had just learned.

Indeed, the need for teachers is very crucial in many remote places in Indonesia. Training local teachers will be a challenge for the making of a better quality learning in the future.