Sabtu, 12 April 2014

Malaria Attacks My Nerve System



Malaria Menyerang Sistim Sarafku


in/Saat tiba  di  kampung  weeboro,  anak-anak  menyerbu  menyambut kehadiaran kami. Setelah melayani begitu banyak sapaan dan jabatan tangan hangat anak-anak, kami menyadari ada seorang anak perempuan yang duduk diam di pojok rumah adat. Ia hanya memandangi kami dari kejauhan. Kami meminta seorang ibu untuk memanggilnya. Jeni Baragole namanya, ia berumur 9 tahun. Jeni datang menghampiri kami di temani ibunya, ibu Magi Diala.
Ternyata Jeni adalah anak dari ketua RT setempat, Bapak Ngawlu Bekaniga yang memberikan rumahnya untuk menjadi Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan di kampung Weeboro ini.
Saat kami menjabat tangan & bertanya namanya, Jeni menjawab dengan bergumam. kami kira ia hanya pemalu, ternyata Jeni mengalami kesulitan berbicara. Ketika Jeni baru berusia 5 bulan ia terkena Malaria Falciparum. Jenis malaria ini adalah yang paling berbahaya dari jenis malaria lainnya. Malaria Falciparum sering kali berakhir dengan kematian, jika penderita selamat sering kali terjadi gangguan syaraf otak yang dapat menimbulkan berbagai penyakit syaraf. Jeni selamat dari Malaria Falciparum dan  sampai usia 7 tahun Jeni tumbuh normal sama seperti anak-anak seusianya. Suatu hari di usianya yang ke tujuh, Jeni mengalami demam sangat tinggi hingga tubuhnya kejang-kejang dan tidak sadar. Setelah dirawat di rumah sakit beberapa lama, karena tidak ada uang untuk biaya rumah sakit Jeni di bawa kembali kerumah. Sejak saat itu lambat laun Jeni semakin kehilangan kemampuan berbicara dan kecerdasannya turut menurun.
Saat ini diusianya yang ke sembilan Jeni tidak dapat mengucapkan  kata-kata dengan jelas. Walau mengerti saat diajak bicara, Jeni kesulitan untuk menjawab. Kecerdasannya juga menurun, ia sekarang bertingkah laku seperti anak berumur 5 tahun. Ia tidak dapat bersekolah. Keluarganya takut Jeni diganggu anak-anak lain dan  melarangnya  keluar  rumah.  Belum lagi sakit panasnya masih berulang dan sekarang perutnya membesar. Karena tidak adanya biaya maka Jeni tidak pernah di periksa secara detail dan tidak ada pengobatan untuknya sampai saat ini.
Yayasan Tangan Pengharapan akan membantu membawa Jeni ke Rumah Sakit untuk di periksa lebih lanjut, mendapat pengobatan yang baik dan terapi yang diperlukan. Dan dengan  hadirnya  Feeding &  Learning  Center  tangan  pengharapan di kampung Weeboro, Jeni dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan curahan kasih para guru dan koordinator tentunya akan memberi harapan bagi Jeni dan keluarganya.


en/Arriving at Weeboro village, Children were running to welcome us. Greeting them and shaking their hands, we eventually noticed a little girl sitting at the corner of a traditional house. She was glancing at us from a distance. We then asked a lady to call her. She was Jeni Baragole and she was only 9. Jeni, then, came to us accompanied by her mother, Magi Diala.

It turned out that Jeni was a daughter of the local community leader, Mr. Ngawlu Bekaniga who gives his house to be used as Tangan Pengharapan Feeding & Learning Center in this Weeboro village.

When we shook her hands and asked her name, she murmured. We thought he was only shy, but it turns out that Jeni has dysarthria. When she was 5, Jeni suffered from falciparum malaria. This kind of Malaria is the most dangerous one. 
The sufferer of falciparum malaria often ends up with death. Is the sufferer survives, he/she often has various nerve disorders. Jeni did survive from this kind of malaria. Until she was 7, she grew up as normal as those at her age. One day in her 7th age, she had extremely high fever that her body was stiffened and she became unconscious. After being hospitalized for some time, Jeni was brought home because of no finance. Since then Jeni began to lose her ability to speak and her intelligence decines. 
In her 9th age now, Jeni can’t say words clearly. Though she understands ever words spoken, Jeni has some difficulty to answer. Her intelligence does decline. She acts like a 5 year old kid. It’s impossible for her to go to school. Her family doesn’t want other kids to mock her, so she’s not allowed to go out. Her body’s temperature is often high and her stomach gets bigger. Due to no finance, Jeni is never examined in detail and there has been no any medical treatment for her until now.
Yayasan Tangan Pengharapan will take Jeni to a hospital for further medical examination that she can get medical treatment and therapy she needs. With the existence of Tangan Pengharapan Feeding & Learning Center in Weeboro, Jeni can study properly and the Center’s coordinator and teachers’ compassion brings hope to Jeni and her family.