Rabu, 20 Agustus 2014

Ajarkan kami main itu, Pak

<<<Show us how to play it, Sir>>>
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/


In/Pada zaman sekarang bila seseorang tidak mengerti komputer akan disebut sebagai orang yang  ketinggalan zaman, kuno dan gaptek (gagap teknologi). Sementara itu di bidang pekerjaan orang semakin dituntut untuk mengerti dan bisa menggunakan komputer karena komputer merupakan sarana untuk mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan.

Sore itu ketika saya sedang mengoperasikan computer sambil menikmati segelas kopi diruang tamu kediaman saya, saya didatangi beberapa orang anak. Mereka tampak malu-malu ketika saya persilakan masuk. Mereka masih duduk di bangku sekolah  SD dan SMP.  Gedung sekolah tempat mereka belajar letaknya tidak   jauh dari tempat tinggal saya.

“Ada apa?,” tanya saya kepada mereka. Bukannya mejawab pertanyaan saya, mereka malah saling memandang. Mereka seolah-olah tidak mau membuka mulut mereka untuk menjawab pertanyaan saya. Setelah hening beberapa saat, seorang anak perempuan yang berusia sekitar 15 tahun memberanikan diri untuk menjawab. “Bang, bisa ajarkan kami main itu, kah?” katanya sambil menunjuk laptop yang ada di depan saya. Anak tersebut ternyata bernama Delpianti, siswi kelas 3 di SMPN 3 Banyuke Hulu.

Wajah mereka mengesankan harapan yang besar. Sepertinya mereka ingin saya menyetujui permintaan mereka. Saya tersenyum sambil memandang wajah mereka yang tampak penasaran. Mereka tampak senang ketika saya menjawab bisa. Karena saya hanya punya satu buah laptop, jadi saya jelaskan bahwa saya akan ajarkan satu orang dulu dan nanti yang sudah belajar dan bisa harus mengajarkan temannya yang lain. Mereka setuju dan akhirnya Delpianti yang mendapat kesempatan pertama untuk belajar computer.

Delpianti atau biasa dipanggil Tetet adalah anak bungsu dari 6 bersaudara putri pasangan Bpk. Dasut dan Ibu Salia (alm). Sejak berusia 3 tahun Tetet sudah ditinggal oleh ibunya yang meninggal dunia akibat sakit. Sebelum tinggal menetap bersama Bapak dan saudaranya yang lain, sewaktu kecil Tetet tinggal bersama kakak tertuanya yang sudah berkeluarga. Tetet sempat pula berhenti sekolah selama satu tahun karena tidak punya biaya.

Dalam belajar mengoperasikan computer, Tetet termasuk anak yang cepat memahami materi yang diajarkan. Meski kegiatan belajarnya sempat terhenti karena laptop saya rusak, namun Tetet tetap bersemangat mempelajari teori computer sambil menunggu laptop saya selesai diperbaiki.

Beberapa bulan lalu Yayasan Tangan Pengharapan mengunjungi tempat Education and Learning Center YTP di Desa Kampet, Kalimantan Barat untuk melihat proses berjalannya kegiatan di FLC. Melihat bahwa anak-anak di pedalamanpun butuh wawasan yang luas untuk kengenal dunia di luar serta agar dapat mengikuti perkembangan teknologi, maka Yayasan Tangan Pengharapan memberikan bantuan Laptop sebanyak 3 unit. Hal ini tentunya sangat membantu agar ada semakin banyak anak-anak yang bisa mengoperasikan computer sehingga banyak penduduk Desa Kampet kelak tidak lagi ketinggalan jaman, kuno dan gaptek. P.Rolianto- Kalbar



En/Today if someone doesn’t know how to operate a computer set, he surely will be called an old fashioned, outdated and technologically illiterate. And in marketplace, people are demanded to be able to use and operate the computer set because it is a mean to make job much easier and faster.


That afternoon when I was using my portable personal computer and drinking a cup of coffee in my living room, few children came to me. They looked shy when I welcomed them into my home. They are elementary and junior high school students. The school building where they study is situated not far from my home. 


“Is there anything I can help?” I began to ask them. Instead of giving me and answer, they just looked at each other. It appeared they would not open their mouth and answer the questioned I was asking. After few moments of silence, a girl aged around 15 took a step forward and began to ask me, “Bang (brother), would you show us how to play it?” she asked, pointing her finger at my portable personal computer on my desk right in front of me. The gild was Deplianti, a ninth grader at SMPN 3 Banyuke Hulu.


Hope was in their faces. It appeared to me that they need me to say yes to their want. I smiled when staring at their curious faces. Soon, they were filled with happiness when I said yes. But because I only had one portable personal computer, then I explained to them I was going to teach one of them and then she/he had to teach other kids. And they agreed and Delpianti got the first chance to learn how to use the computer.

Delpianti or Tetet is the latest of 6 siblings to Mr. Dasut and Mrs. Salia (deceased). Her mother died of serious illness when she was 3. Prior to living with her father and her other sibling, Tetet used to live with her eldest sibling who has a family of her own. Tete, once had to drop out of school for a year because her eldest sibling couldn’t afford to pay her school fee. 

In learning how to operate the computer, Tetet is a fast learner. Though her learning activity was stopped once due to my portable personal computer was failed, Tetet was eager to learn the theories, waiting for my portable computer to be repaied.

Few months ago, Yayasan Tangan Pengharapan made a visit to its Education and Learning Center in Kampet village, west Kalimantan to see FLC activities there. Knowing that children in rural areas also need broad insight in order to know  the outer world and follow the technological development, Yayasan Tangan Pengharapan, then, gave 3 units of portable personal computers. This effort is considered helpful that more children know how to use and operate computers. As a result, Kampet villagers will not be old fashioned, outdated and technologically illiterate any longer.
P.Rolianto- Kalbar

Link Youtube Panggilan Hati Untuk Berbagi (She Can You Can-Trans7):








Rabu, 06 Agustus 2014

Motor Roda Tiga Untuk Pelayanan Tangan Pengharapan




in/Salah satu faktor kunci untuk menunjang kemajuan suatu daerah adalah sarana jalan dan alat transportasi. Daerah-daerah yang memiliki kondisi jalan dan sarana transportasi yang bagus umumnya cukup maju. Kedua hal ini tentu memiliki keterkaitan satu sama lain. Jika tersedia sarana transportasi yang memadai dan jalan yang bagus, maka tentu perekonomian di daerah tersebut akan mengalami pertumbuhan.

Kondisi daerah pedalaman umumnya dan terutama di wilayah Indonesia tengah dan timur cukup memprihatinkan. Tidak adanya jalan yang mulus serta jauhnya bangunan sekolah membuat banyak masyarakat, terutama anak-anak cukup kesulitan. Selain itu, minimnya armada angkutan membuat mereka yang hendak pergi atau pulang dari pasar tradisional yang letaknya memang jauh terpaksa harus menunggu, bahkan bisa sampai berjam-jam untuk tiba di tempat tujuan.

Kabupaten Ngada adalah contohnya. Kabupaten yang terletak di Nusa Tenggara Timur ini tadinya begitu terisolasi. Banyak penduduknya hidup miskin karena tidak tahu cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Untuk makan sehari-hari, mereka hanya mengandalkan jagung dan daun pepaya, padahal ada banyak tanaman yang sebenarnya bisa dimanfaatkan. Pengetahuan tentang cara mengelola makananpun hanya diketahui sedikit sekali orang. Namun seiring berjalannya waktu, pemerinta daerah pun mulai membangun jalan untuk menghubungkan kabupaten yang satu dengan lainnya, hingga akhirnya sampai ke kota. Dengan dibukanya jalan yang menghubungkan kabupaten dengan kota, maka terbukalah hubungan dengan dunia luar. Arus informasipun masuk baik melalui media maupun dari para pendatang yang mencoba peruntungan mereka di perantauan.

Alhasil, kemajuan yang dialami kabupaten inipun terbilang pesat. Bahkan di kabupaten yang dulu tertinggal tersebut, kini terdapat banyak rumah-rumah bata dan jalan yang mulus serta sarana transportasi yang memadai, bahkan sekarang banyak rumah makan yang dikelola oleh penduduk setempat. Bangunan sekolahpun sudah banyak didirikan. Bahkan daerah ini sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun dari mancanegara.

Lain di Ngada, lain pula di Timor Tengah Selatan, TTS. Kondisi infrastruktur di sini terbilang belum cukup baik. Masih banyak jalan terjal dan berbatu yang hanya bisa dilalui kendaraan truk dan bus angkutan yang jumlahnya minim. Sedangkan angkutan sepeda motor, terbilang cukup jarang. Akibat kondisi tersebut, maka banyak anak yang kelelahan setiba sampai di sekolah karena harus berjalan kaki melewati daratan yang berbatu dan tidak rata untuk tiba di sekolah.

Untuk membantu pelayanan Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan di Amanuban Timur, seorang partner Yayasan Tangan Pengharapan memberikan bantuan berupa kendaraan motor roda tiga. Kendaraan ini digunakan untuk mengantar anak-anak belajar, membawa keperluan logistik serta untuk mengangkut air. Pelayanan Tangan Pengharapan di Amanuban Timur kini menjadi semakin lebih ringan dengan adanya kendaraan motor roda tiga ini. Selain fleksibel, motor ini juga hemat bahan bakar.

Terima kasih kepada para partners yang telah ikut membantu pelayanan Tangan Pengharapan. Perubahan besar bisa terjadi karena ada orang-orang yang peduli pada hal-hal kecil yang memang perlu diubah.




en/One of the key factors to support the development of an area is road and means of transportation. Areas having good road conditions and transportation facilities are generally quite advanced. Both of these things are related to one another. If adequate transportation facilities and good roads are in place, then the economy of the region will experience growth.

In general conditions in rural areas and especially in the central and eastern parts of Indonesia are quite alarming. The absence of smooth roads and school buildings cause difficulties for a lot of people especially children. In addition to that, the lack of transportation fleet makes those who wants to go to or return from far local traditional markets wait, even takes them several hours to arrive at their destination.

Ngada district is an example. The district that is situated in east Nusa Tenggara was so isolated. Many of its villagers lived in poverty because they did not know how to use natural resources. For daily meals, they just relied on corn and papaya leaves, although there are many plants that can actually be used. Very few of them learn how to cook meals properly. But over time, the local government began to build roads connecting the district with another one, until finally with the city. The opening of the road connecting the district with the city causes relations with the outside world open. Information came either through the media or from new comers who were trying their luck in the district.

As a result, the district experienced this rapid progress. Even in this district that once was underdeveloped, now there are a lot of houses built using bricks and smooth roads are and adequate transportation facilities. Now there are many restaurants run by local people. There are many school buildings. Now this area is often visited by both local and overseas tourists.

Ngada district is not Timor Tengah Selatan / TTS district. The infrastructure here is not good enough. There are many steep and rocky paths that can only be traversed by very few trucks and buses, while the motorcycle is quite rare. As a result of these conditions, many children are exhausted as they arrive at school because they have to walk through the rocky and unflatten path to arrive at school.

To make Tangan Pengharapan’s service in its Feeding & Learning Centers in east Amanuban, a Tangan Pengharapan’s parnet donated three-wheeled motorcycle. The vehicle is used to bring the children to school, as well as to bring the logistics and to carry water. Tangan Pengharapan service in east Amanuban has become increasingly lighter because of this three-wheeled motorcycle. Besides flexible, this motorbike is also fuel saving.

Thanks to the partners who support Tangan Pengharapan sertvice. Big change can happen because there are people who care about the little things that really need changing.



Link Youtube Panggilan Hati Untuk Berbagi (She Can You Can-Trans7):