Sabtu, 24 Mei 2014

Pigs For Revolving Tuition Fee

http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/
http://www.tanganpengharapan.org/sumbangan-untuk-projek-kami/


in/Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan. Untuk itu pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Bahkan untuk sekolah-sekolah negeri, pemerintah telah membebaskan para peserta didik dari kewajiban membayar iuran bulanan. Namun sekalipun demikian, masih banyak anak, terutama yang tinggal di daerah-daerah pedalaman yang tidak dapat mengenyam pendidikan.
Dari sekian banyak faktor yang menjadi penyebab anak tidak bersekolah adalah faktor orang tua. Banyak orang tua yang beranggapan yang penting bisa cari uang. Mereka lebih suka jika anaknya bisa bekerja, terutama jika orang yang menjadi tulang punggung keluarga sakit atau meninggal.
Selain itu program pendidikan gratis hanya menjadi retorika saja. Kenyataan di lapangan, para orang tua masih dibebani dengan pembelian buku-buku atau pembayaran kegiatan-kegiatan yang merupakan proyek guru/sekolah. Jika dihitung-hitung, uang untuk ‘biaya tak terduga’ bisa jauh lebih besar ketimbang uang sekolah itu sendiri. Akibatnya banyak kalangan menengah ke bawah yang tidak menganggap penting pendidikan. Selain itu, sulitnya masuk ke sekolah pemerintah turut memberi sumbangsih makin banyaknya anak yang tidak mengenyam pendidikan.
Sadar akan hal itu, Tangan Pengharapan kemudian mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan dana pendidikan berupa ternak babi kepada anak-anak di daerah agar mereka dapat mengenyam pendidikan bahkan hingga ke perguruan tinggi. Ternak babi ini dipelihara di tiap Feeding & Learning Center dan kemudian dibagikan kepada anak-anak secara bertahap untuk dipelihara di rumah mereka masing-masing. Setelah cukup besar babi tersebut dapat dikembangbiakkan dan sebagian dijual untuk membiayai pendidikan lanjutan mereka.
Setiap anak yang mendapat induk ternak dari Tangan Pengharapan wajib membagikan 12-13 ekor anak ternaknya secara bertahap kepada adik-adik kelasnya agar semua anak mendapat bagian. Kemudian barulah induk ternak dan anak-anaknya yang lain menjadi milik anak yang memelihara induk ternak pertama. Dengan demikian diharapkan, anak-anak dapat bersekolah dan memperjuangkan masa depan mereka sejak dini serta mempergunakan waktu-waktu luang mereka untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
Sebagai langkah awal, Tangan Pengharapan telah memberikan tujuh ekor ternak babi kepada tujuh siswa kelas VI sekolah dasar yang berprestasi. 
Untuk mengembangkan program ini, saat ini Tangan Pengharapan tengah membangun kandang babi di desa Taehue. Proyek ini akan menjadi proyek percontohan ternak babi. Masyarakat dapat melihat bagaimana beternak babi yang baik sehingga babi tersebut menjadi gemuk dan sehat. Anak-anak babi akan dipelihara di sini hingga besar dan kemudian akan diberikan kepada anak-anak di Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan untuk diternakkan dan kemudian digulirkan kepada anak-anak lainnya.
Pembangunan kandang babi ini kini sudah hampir selesai. Diharapkan proyek ini dapat berkembang dan bisa menjangkau masyarakat lebih luas lagi sehingga makin banyak anak yang bisa mengenyam pendidikan mereka.

en/Every child is entitled to education. For that reason, the Indonesian government kicks off 9-year-compulsory education program. Even for state schools, the students are freed from paying their monthly school tuition fee. But despite of that many children, especially those living in rural areas, still can’t go to school.
Among many factors causing children can’t go to school are parents. Many parents only think that making money does matter. They prefer to have their children work, especially when the man in the family they rely on gets sick or passes away.

Besides, the free education program launched by the government is just a crap. In reality many parents are still burdened by purchasing books or paying for activities that belong teacher’s/school’s projects. If we calculate, the fees for ‘unexpected expenses’ could be higher than that for the education fee itself. For that reason middle and lower class people begin to think that education is unimportant. Apart from it, state school difficult enrollment makes more and more children unable to get education needed.
Tangan Pengharapan then takes an initiative to give tuition fee of pigs to children in villages so that they can continue their education to universities. After being tended in every Feeding & Learning Center, the pigs are given to local children gradually to be tended at their own houses. When the pigs are big enough, they can be bred. Some of the pigs are to sold to pay for their advanced education fees.
Every child receiving a sow from Tangan Pengharapan is supposed to give 12-13 piglets gradually to his/her juniors. After that, the sow and her other piglets can be owned by the child who tends the first sow. By doing this, a child can go to school and begin to struggle for their future since their childhood and use their spare time to do more useful things.
As a beginning step, Tangan Pengharapan gave seven pigs to seven 6th graders having good achievements. 
Developing this program, Tangan Pengharapan this moment is building a pig cage in Taehue. This is going to be a pilot project of Tangan Pengharapan. People can learn how to do good breeding to get fatty and healthy pigs. The piglets will be tended here until they grow and then will be given to the children joining Tangan Pengharapan Feeding & Learning Center to be rebred and revolved to other children.
The building of this pig cage is almost completed. This project is expected to develop and reach more people so that more children can get education.