In/Menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit dari jalan aspal, kita akan menyusuri jalanan berbatu dan jembatan gantung. Di ujung jalan berlumpur kita akan tiba di Dusun Pelaik Kemayo, Desa Kampet Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Dusun yang berjarak 2 Km dari pusat Desa Kampet dengan jumlah penduduk hampir 1000 jiwa ini masih belum dapat menikmati kemerdekaan bangsa Indonesia seutuhnya. Tidak ada fasilitas kesehatan, listrik, dan air bersih. Bahkan Sekolah Dasar yang ada hanya terdiri dari 3 kelas.
Mayoritas penduduknya yang berprofesi sebagai petani berakibat pada kurangnya kepedulian terhadap pendidikan anak-anak mereka. Persentase anak-anak yang menempuh pendidikan SMA sampai Perguruan Tinggi tidak lebih dari 10 %. Mereka yang sudah tamat sekolah lebih banyak yang memilih bekerja di luar daerah sehingga nyaris tidak ada SDM yang dapat diandalkan untuk menjadi Agent of Change.
Di dusun ini terdapat 70 anak sekolah dasar yang dididik oleh 6 orang guru yang terdiri dari 2 orang PNS dan 4 orang guru honorer. 6 rombongan belajar yang ada hanya memiliki 3 ruang belajar, sehingga rombongan tersebut harus menggunakan ruang-ruang belajar itu secara bergantian. bila ditinjau dari segi kesehatan, ketujuh puluh siswa yang ada masih berada dibawah garis kecukupan gizi dan ini terlihat dari usia, tinggi badan serta berat badan anak-anak yang mengindikasikan bahwa sekitar 70% anak-anak itu belum terpenuhi angka kecukupan gizi mereka.
Sejak minggu pertama bulan April lalu Yayasan Tangan Pengharapan telah memulai program Feeding and Learning Center untuk membantu pemenuhan gizi anak-anak dengan pemberian makanan tambahan secara rutin 3x setiap minggunya dan melaksanakan pembelajaran tambahan di luar jam sekolah. Hal ini dilakukan karena kurang efektifnya waktu belajar yang tersedia di sekolah serta pendidikan moral dan agama. Program ini dijalankan dengan harapan agar dapat mewujudkan generasi yang sehat, cerdas serta berakhlak mulia.
En/Travelling approximately 15 minutes from the asphalt road, we're going down a rocky road and a hanging bridge. At the end of a muddy road we will arrive in Pelaik Kemayo hamlet in Kampet village, Banyuke Hulu subdistrict, Landak District of West Kalimantan. The hamlet that is located around 2 kilometers from the center of Kampet village with a population of almost 1000 people still doesn’t fully enjoy the independence of Indonesia. There are no health facilities, electricity, and clean water. Even the elementary school that exists there has only three classrooms.
The most of the people are farmers, and as a result, they don’t care enough about their kids’ education. The kids who study in high school to university are not more than 10%. Those who have graduated from their schools prefer to work outside their village, so there is almost no reliable human resources to become the agents of change.
In this hamlet, there are 70 elementary school students who are taught by six teachers consisting of 2 civil servants and 4 honorary teachers. The 6 study groups that exist have to share three classrooms, so that they need to use the learning spaces interchangeably. Viewed from health aspect, all the seventy students remain below the line of nutritional adequacy and it can be seen from their age, height and weight, indicating that about 70% of children haven’t yet well nourished.