In/Di
sebuah kampung yang diberi nama Merdeka
dan terletak di salah satu desa
terpencil di Sumba Timur lahirlah
Soleman Kabubu Ratu Anding yang biasa dipanggil Soni. Meskipun desa Merdeka termasuk salah satu desa terpencil di Sumba Timur
namun,
namun di sana ada deretan bukit dan lembah yang
begitu indah. Apa
lagi di musim hujan, pemandangannya semakin indah hingga membuat setiap orang
yang lewat terpesona dan tertegun menyaksikan
keindahan
alamnya.
Soni
tinggal dengan kedua orang tua kandungnya. Ayah Soni bekerja sebagai petani sedangkan
ibunya sebagai Ibu rumah tangga. Di
samping itu ia juga sering membantu ayah Soni bekerja di kebun. Seiring dengan perkembangan tubuh
Soni juga sudah
mulai besar, dia juga membantu orang tuanya membersihkan kebun. Makanan pokok keluarga Soni adalah jagung.
Cita-cita Soni adalah menjadi seorang polisi
saat besar nanti. Sehingga untuk
mewujutkan cita-citanya maka dia mulai menuntut ilmu. Sekarang Soni berada di
kelas Dua SD. Meskipun jarak dari rumah tempat
Soni tinggal ke sekolah kurang lebih delapan kilometer dengan medan yang sulit, namun itu semua bukan menjadi halangan bagi
Soni untuk mengejar cita-citanya.
Setiap jam lima pagi Soni
dan teman-teman mulai perjalanan mereka
dari
rumah menuju ke sekolah dengan berjalan kaki dan baru tiba kembali di rumah
sekitar pukul dua atau tiga sore.
Akibat
sering tidak sarapan, mereka
sering kali menahan rasa lapar yang menyerang dalam perjalanan mereka ke
sekolah. Ini semua akibat hasil kebun yang menjadi harapan sebagian besar
masyarakat desa Merdeka tidak menentu.
Nasi putih sudah menjadi makanan istimewa bagi anak-anak
yang berangkat ke sekolah di desa Merdeka. Sering kali jika mereka kurang
beruntung, Soni dan anak-anak di desa Merdeka hanya menyantap nasi yang diberi
banyak air sehingga tampak seperti bubur untuk mengganjal perut sampai mereka kembali ke
rumah.
Medan yang jauh dan terjal sejauh kurang lebih 16
kilometer pulang pergi, kemiskinan yang membuat orangtua tidak bisa memberikan
“hal yang layak” bagi anak-anak yang menuntut ilmu membuat banyak dari mereka
memutuskan untuk berhenti bersekolah.
Keberadaan
Tangan Pengharapan memberikan
harapan bagi anak-anak seperti Soni untuk kembali semangat belajar. Kami sangat
memahami bawa sekolah dan pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak
di desa Merdeka.
Kegiatan FLC Merdeka diakan tiga kali seminggu yang
dimulai dari pukul dua sore sampai jam empat atau lima sore bertepatan setelah
mereka pulang sekolah. Soni senang sekali untuk ikut kegiatan ini,
karena selain mendapatkan
makanan bergizi juga mendapatkan les yang membuat mereka menjadi bertambah
pintar.
En/In
a remote village in east Sumba named Merdeka Soleman Kabubu Ratu Anding called
Soni, was born. Though Merdeka is one of remote villages in east Sumba, but
there are beautiful hills and valleys over there. During the rainy season, the scenery
becomes more beautiful so that everyone that passes by is amazed and stunned
seeing the beauty of its nature.
Soni
lives with her biological parents. Soni’s father is a farmer and his mother is
a housewife. Besides, his mother often helps his husband work in their
plantation. As Soni grows up, he also helps his parents clean their plantation. Soni’s family has corn as their staple
food.
When
he grows into an adult, Soni aspires to be a policeman. So to make his
aspiration come true, Soni begins to study. Now Soni is in the second grade of
an elementary school. Though the distance from his home to school is about
eight kilometers with difficult terrain, it doesn’t hinder him from pursuing
his aspiration.
Every
five o’clock in the morning, Soni and his friends begin their trip to school on
foot and return home around two or three in the afternoon.
Because
of infrequent lunch, they often endure hunger that strikes them on their way to
school. It is caused by the uncertain crops on which most people in Lindeha
village pin their hope.
White
cooked rice becomes special food for the kids who go to school in Merdeka
village. Often, if they are unlucky, Soni and other kids in the village only
have some watered cooked rice that looks like rice porridge to fill their
stomach until they return home.
Far
distance of 16 km back and forth and steep terrain and poverty make their
parents can’t give them ‘proper things’ so that many of them decide to drop out
of schools.
The
existence of Tangan Pengharapan gives hope to children like Soni so that they
can study again enthusiastically. We fully understand that school and education
are very important for the future of the children in Merdeka village.
FLC
activities are held three times a week which begins about 2.00 PM through 4 or
5 PM, right after school. Sony is very happy to attend these activities,
because besides enjoying nutritious meal, he also gets additional courses that
make them cleverer.