in/Suasana Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta yang mulai sepi malam itu kembali ramai. Tampak seorang ibu tua datang ke Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta sambil menggendong sebuah bungkusan yang berisi seorang bayi perempuan. Sisa-sisa air ketuban masih tampak di rambutnya yang tebal. Tampak darah segar mengalir dari tali pusat yang sepertinya dipotong secara serampangan.
“Saya serahkan anak ini ke sini. Kalian boleh mengambil dan mengasuhnya,” ujar wanita tua itu kepada staff Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta. “1 minggu lagi saya akan kembali untuk membawa obat-obatan untuk anak ini, “ tambahnya sambil menyerahkan bayi mungil itu.
Tampak tangan mungilnya menggosok-gosok matanya. Kami pun bertanya kepada ibu tua itu yang ternyata adalah neneknya tentang ibu dari bayi mungil tersebut. Rupanya anak itu lahir akibat pernikahan dini. Karena ketidak siapan ibu dan ayahnya serta hubungan yang tidak direstui, akhirnya anak tersebut ditinggalkan di Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta begitu saja. Janji bahwa sang nenek akan kembali 1 minggu lagi tidak terbukti. Bahkan hingga saat ini baik ibu ataupun sang nenek tidak pernah lagi datang mengunjunginya. Akhirnya Sara (nama bayi itu), kini menjadi penghuni tetap Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta.
Tidak hanya di Jakarta, Tangan Pengharapan juga menolong anak-anak yang ditelantarkan di daerah seperti Bali, anak-anak korban KDRT seperti di NTT. Mungkin anak-anak itu tidak pernah tahu mengapa kelahiran mereka ke dunia ini tidak diinginkan atau mengapa mereka harus menjadi korban keretakan rumah tangga. Namun penerimaan terhadap mereka sebagai manusia, itulah yang mereka butuhkan.
Penyakit terbesar saat ini bukanlah penyakit yang bisa membunuh manusia, melainkan rasa tidak diinginkan…
“Saya serahkan anak ini ke sini. Kalian boleh mengambil dan mengasuhnya,” ujar wanita tua itu kepada staff Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta. “1 minggu lagi saya akan kembali untuk membawa obat-obatan untuk anak ini, “ tambahnya sambil menyerahkan bayi mungil itu.
Tampak tangan mungilnya menggosok-gosok matanya. Kami pun bertanya kepada ibu tua itu yang ternyata adalah neneknya tentang ibu dari bayi mungil tersebut. Rupanya anak itu lahir akibat pernikahan dini. Karena ketidak siapan ibu dan ayahnya serta hubungan yang tidak direstui, akhirnya anak tersebut ditinggalkan di Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta begitu saja. Janji bahwa sang nenek akan kembali 1 minggu lagi tidak terbukti. Bahkan hingga saat ini baik ibu ataupun sang nenek tidak pernah lagi datang mengunjunginya. Akhirnya Sara (nama bayi itu), kini menjadi penghuni tetap Children Rescue Home Pondok Kasih Jakarta.
Tidak hanya di Jakarta, Tangan Pengharapan juga menolong anak-anak yang ditelantarkan di daerah seperti Bali, anak-anak korban KDRT seperti di NTT. Mungkin anak-anak itu tidak pernah tahu mengapa kelahiran mereka ke dunia ini tidak diinginkan atau mengapa mereka harus menjadi korban keretakan rumah tangga. Namun penerimaan terhadap mereka sebagai manusia, itulah yang mereka butuhkan.
Penyakit terbesar saat ini bukanlah penyakit yang bisa membunuh manusia, melainkan rasa tidak diinginkan…
en/The silence in the orphanage was breaking that night. An old woman came to Pondok Kasih Children Rescue Home carrying a baby girl in a bag. The remains of amniotic fluid were still on her thick hair. Fresh blood was coming out of the recklessly cut umbilical cord.
“I give you this baby. You can take and babysit her,” said the old woman to the staff of Pondok Kasih Children Rescue Home in Jakarta. “I will be back next week and bring some medicine for her,” she added, handing over the little baby girl.
Her little fingers were rubbing her eyes. We, then asked the old woman, her grandmother, about the baby’s mother. We found out that the baby was born out of early marriage. Because of the unreadiness her parents-to-be and their unapproved relationship, the baby eventually was left in the Pondok Kasih Children Rescue Home in Jakarta. The promise that her grandmother would be back the following week was unrealized. Even till today her grandmother never came to visit her. And now Sarah – the name of the baby – dwells permanently in Pondok Kasih Children Rescue Home.
Not only in Jakarta, Tangan Pengharapan also helps ignored children in other regions such as in Bali, and child domestic violent victims such as in NTT. Those children may never know why they were born unwanted or why they have to be the victims of broken home families. But our acceptance of them as humans is what they need most.
The biggest diseases today are not diseases that kill men, but the feeling of being unwanted…
“I give you this baby. You can take and babysit her,” said the old woman to the staff of Pondok Kasih Children Rescue Home in Jakarta. “I will be back next week and bring some medicine for her,” she added, handing over the little baby girl.
Her little fingers were rubbing her eyes. We, then asked the old woman, her grandmother, about the baby’s mother. We found out that the baby was born out of early marriage. Because of the unreadiness her parents-to-be and their unapproved relationship, the baby eventually was left in the Pondok Kasih Children Rescue Home in Jakarta. The promise that her grandmother would be back the following week was unrealized. Even till today her grandmother never came to visit her. And now Sarah – the name of the baby – dwells permanently in Pondok Kasih Children Rescue Home.
Not only in Jakarta, Tangan Pengharapan also helps ignored children in other regions such as in Bali, and child domestic violent victims such as in NTT. Those children may never know why they were born unwanted or why they have to be the victims of broken home families. But our acceptance of them as humans is what they need most.
The biggest diseases today are not diseases that kill men, but the feeling of being unwanted…